Dec 7, 2008

WANITA HEBAT DUNIA DAN AKHIRAT


ASIYAH

Entah kenapa cerita tentang tokoh hebat satu ini relatif kurang “disosialisasikan”, jadi mungkin tak terlalu mengejutkan seandainya ternyata tidak banyak orang yang kenal siapa Asiyah (bukan Aisyah). Sayang sekali kerana sebenarnya dia adalah wanita hebat dunia akhirat.

Di dunia, Asiyah adalah isteri salah seorang raja yang paling berkuasa, kaya dan perkasa sepanjang sejarah manusia iaitu Fir’aun. Dia juga ibu angkat yang sangat pengasih dari salah seorang Nabi besar Musa AS. Dalam ukuran “duniawi” tidak ada yang perlu membantah “kemuliaannya”. Tetapi kemuliaan duniawinya ini tidak membuatnya lupa diri.

Di tengah gelimpangan harta dan rezeki duniawi, Asiyah tetaplah seorang wanita dengan hati yang lembut tapi teguh. Hati lembut yang mampu menangkap getaran “kebenaran Ilahi” yang alhamdulilah mengantarkannya sebagai salah satu orang pertama yang beriman kepada Tuhan Musa dan Harun iaitu Allah. Dan hatinya yang teguh membuat keimanannya tak tergores sedikitpun walaupun dia perlu tinggal di tengah-tengah pusat kemaksiatan dan pengingkaran kepada Allah, bahkan menjadi pendamping hidup orang yang dikenali sebagai pembangkang Allah yang paling degil sepanjang masa.

Entah berapa kali Asiyah harus memendam sakit hati dan kejengkelannya tiap kali melihat sikap dan tindakan Fir’aun menentang dan menghina Allah. Mungkin sama jengkelnya hati kita terhadap promosi dan provokasi kartun-kartun yang mencemuh Rasulullah SAW, lagak “tak bersalah” si penerbitnya, dan tingkah para penyokongnya yang mengatakan bahawa kartun itu diterbitkan pada setiap hari selama seminggu supaya umat Islam jadi “terbiasa”. Bezanya, saat ini kita masih boleh mengekspresikan kemarahan kita, sementara Asiyah harus menyembunyikannya kerana mengikuti anjuran Musa yang bimbangkan keselamatan ibu angkat yang disayanginya.

Memang bukan hal mudah menjadi “orang suci di sarang penyamun” seperti ini. Di samping harus bersedia“makan hati” berterusan, Asiyah pun harus melalui hari-hari penuh perjuangan untuk tetap konsisten walaupun begitu banyak “godaan” di sekitarnya. Cuba kalau kita fikir, berapa banyak orang yang kita tahu telah “berubah” kerana pergaulan. Bahkan kadangkala kita pun merasakan sendiri betapa sulitnya untuk tetap “konsisten” sendirian terhadap nilai-nilai yang kita anut pada saat kita hidup di tengah masyarakat yang menganut nilai yang berbeza.

Kalau saja bukan kerana cinta Asiyah yang begitu besar kepada Tuhannya, mungkin pertahanannya akan runtuh. Kenyataannya, ikatan emosional yang begitu kuat kepada Allah lah yang membuat dia bertahan, bahkan pada saat paling sulit dalam hidupnya, iaitu menjelang akhir hayatnya, ketika dia disiksa dengan siksaan yang tak terbayangkan kejamnya oleh suaminya sendiri!

Hari penyiksaan itu terjadi ketika akhirnya Asiyah mengumunkan dengan lantang keimanannya kepada Allah di depan suaminya. Pengumuman penuh emosi ini terjadi setelah jiwa Asiyah begitu tergoncang menyaksikan pemukulan atas Masyitah, juru sisir istana, beserta suami dan dua anak perempuannya yang masih kecil akibat penolakan mereka untuk mengakui Fir’aun sebagai tuhan.

“Kuperingatkan kau wahai Fir’aun dan kunyatakan bahwa Tuhanku, Sang Pencipta, Robb-ku, Allahku; dan Tuhanmu juga, Robb-mu, dan Allahmu; dan Tuhan Masyitah dan anak-anak itu; dan Tuhan langit dan bumi; adalah Allah yang satu, yang tak seorangpun sanggup menyamaiNya. Dia tak memiliki tandingan!!”

Harta, takhta, dan keselamatan nyawa adalah kenikmatan duniawi yang begitu sering dikejar-kejar manusia, bahkan dengan cara haram sekalipun. Sebagai isteri Fir’aun, Asiyah memiliki semua itu dengan berlimpah luah. Tapi saat itu, dalam kemarahannya, dia seakan telah melemparkan semua itu ke muka Fir’aun.

Akibatnya, di atas lempengan batu yang sebelumnya dipakai untuk memukul keluarga Masyitah jugalah Asiyah akhirnya diikat dan ditindih dengan sebuah lempengan batu tipis yang di atasnya dinyalakan api. Lempengan batu tipis itu berubah menjadi semacam seterika besar yang ditindihkan di atas dada sang Ratu Mulia ini, yang perlahan-lahan membakar tubuhnya.

Waktu berjalan perlahan menghantarkan Asiyah mendekati kematiannya dengan cara yang sangat menyakitkan. Tapi segala siksaan keji yang menyakiti tubuh dan mengalirkan darahnya, maupun paksaan Fir’aun agar istrinya mengakuinya sebagai tuhan, tak bisa mengurangi sedikitpun cinta sang isetri kepada Tuhannya.

“Api di atasku mulai membakar dan menghanguskan tubuhku, tapi api cinta yang sempurna dan tak terhingga kepada Allah menyala-nyala dengan lebih hebat di dalam tubuh ini.”

Dan pada detik-detik akhir hidupnya, dari bibir wanita mulia ini terucap sebuah doa dan pengharapan kepada Rabb yang begitu dicintainya:

“Ya Allah, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMu di syurga…”

Allah telah menyaksikan perjuangan dan pengorbanan sepenuhnya wanita ini, dan Dia juga memerintahkan para malaikat untuk menjadi saksi atas ketulusan cinta Asiyah kepada Tuhannya. Dan ketika Asiyah mulai memejamkan mata ketika ajalnya menjemput, Allah memerintahkan Jibril untuk menemuinya dan memperlihatkan kepadanya rumah yang telah disediakan untuk wanita agung ini di syurga. Dan Asiyah pun akhirnya wafat dengan membawa kemenangan atas seorang tiran yang telah gagal memaksanya bertekuk lutut dan mengkhianati cinta sejatinya kepada Rabb-nya.

Sebenarnya, ada beberapa versi yang agak berbeza tentang siksaan yang ditanggung Asiyah pada akhir hidupnya. Sebahagian menyatakan bahwa dia digantung. Sebahagian lagi menyatakan bahwa dia diikat dan dicambuki sampai mati. Namun pada intinya, apapun siksaan yang telah dialaminya, itu tetap sebuah ujian yang sangat berat bagi manusia manapun juga. Dan kejayaan Asiyah melalui ujian ini menunjukkan kepada kita erti “jatuh cinta” kepada Khalik yang sebenarnya. Tidak hairan apabila nama Asiyah adalah salah satu dari sedikit nama yang “dimuliakan” Allah dalam Al Qur’an sebagai contoh “ideal” orang yang beriman:

“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata, Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam syurga, dan selamatkan aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum yang zalim.” - QS At Tahrim: 11

bersambung............

(Cerita ini saya ambil dan diubahsuaikan daripada artikel “ 4 Wanita Terbaik Sepanjang Zaman” di laman web Islamic Thought - http://blog.ar.or.id/islam/index.php/cerita-tentang-4-wanita-terbaik-sepanjang-zaman/2007-06-09/. Semoga memberi makna kepada kita dan bertambah ilmu kita tentang siapakah sebenarnya wanita hebat di mata Islam)



No comments: